Thursday, December 15, 2011

The “Unknown” Things that I Wanna Know…

Tidak semua hal dapat dipelajari di sekolah. Kejadian sehari-hari dan lingkungan sekitar juga memberikan sumbangsih yang besar terhadap bertambahnya pengetahuan kita. Setiap orang pasti mempunyai hal-hal yang belum dia ketahui dan yang ingin dia ketahui, misalnya gosip terbaru tentang artis Korea, gaya baju apa yang sedang in, tempat shopping mana yang sedang menawarkan diskon besar-besaran, dan lain sebagainya. Keingintahuan seperti ini dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari. Tapi ada kalanya ada hal-hal yang ingin kita ketahui, tetapi sampai sekarang belum kita temukan jawabannya. Contohnya seperti yang telah kutulis pada postingan sebelumnya, mengapa hanya bulan Februari saja yang berjumlah 28 (atau 29) hari? Mengapa tidak bulan lain yang berjumlah 28 hari, sehingga 1 hari itu ditambahkan di bulan tersebut? Masih ada beberapa hal lain yang sampai sekarang aku masih ingin mengetahui jawabannya.. O.o
Aku juga merasa ingin tahu mengapa susunan angka di kalkulator berbeda dengan susunan angka pada telepon? Padahal sama-sama berfungsi untuk memasukkan angka, tapi apakah sebenarnya ada tujuan khusus mereka dibuat berbeda satu sama lainnya? Aku teringat saat aku masih SMP, ada temanku yang memakai handphone merk tertentu, yang susunan angkanya melingkar! Bentuk handphone tersebut menjadi membulat pada bagian bawahnya. Ntah mengapa aku tidak begitu suka model itu dan menurutku itu malah akan menyulitkan saat akan menekan tombol. Tapi aku tetap penasaran sebenarnya apa tujuan perusahaan pembuat handphone itu meluncurkan bentuk demikian. Mungkinkah memang ada fungsi lainnya yang lebih bermanfaat daripada susunan telepon biasa?
Aku sangat menyukai pelajaran yang berkaitan dengan tata surya. Ketika melihat gambar planet-planet lain, gambar luar angkasa, rasanya seperti sedang berada di suatu tempat fiktif yang hanya ada di dalam mimpi. Ketika belajar mengenai satelit bumi, tiba-tiba terpikirkan olehku: bagaimana seandainya bumi memiliki lebih dari satu satelit? Biasanya pada malam hari kita hanya dapat melihat 1 bulan di langit, bayangkanlah jika ketika kita melihat ke langit, ada beberapa ‘bulan’ dengan berbagai ukuran dan bentuk (sabit, setengah, purnama, dll) lalu dihiasi dengan bintang-bintang. Wow, menakjubkan bukan? XD Baru-baru ini juga telah ada penemuan bahwa adanya planet lain yang mirip dengan bumi dan dapat dihuni oleh manusia. Akankah kita semua pindah ke planet tersebut suatu hari nanti? Akankah kita berteman dengan alien? :D Just wait n see..
Hal lainnya yang ingin aku ketahui yaitu tentang kerajaan Atlantis. Aku hanya pernah mendengar ceritanya secara sekilas, dan aku masih sangat penasaran dengan keadaan aslinya. Konon katanya, beribu-ribu tahun yang lalu, kerajaan ini adalah kerajaan yang rakyatnya hidup dengan makmur, sejahtera, dan penuh kasih. Tidak ada rakyat yang saling membenci, tidak ada keserakahan, kedengkian, maupun hal-hal tidak baik lainnya. Aku lupa bagaimana kelanjutan ceritanya hingga kerajaan ini menjadi runtuh. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kerajaan ini benar-benar ada, tidak hanya sekedar ‘cerita’.
Bila ada pembaca yang mengetahui jawabannya atau mengetahui kelanjutan ceritanya, ataupun ingin menanggapi, boleh share dengan meninggalkan comment di blogku yah. Tq.. :D

Wednesday, December 14, 2011

Evaluasi Performa Kelompok

Nama anggota kelompok:
Zukhrini Khalisah (10-053)
Vera Gandhi        (10-057)
Anisah Gayatri     (10-072)

Akhirnya siap juga, mungkin itu hal yang pertama yang kami ucapkan setelah melakukan peforma. Karena sudah terkatung katung waktu melakukan peforma membuat kami selalu dilanda kegalauan setiap hari kamis. Setelah perform memang banyak kekurangan yang kami miliki dan mungkin banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor pertama mungkin karena kendala dalam diri kami sendiri (shallcross). Kami sudah terbiasa melakukan segala sesuatu dengan cara umumnya saja, misalnya saja pada saat naik pesawat veratas. Kami berjalan maju kedepan karena pada umumnya berjalan itu memang ke depan. Bisa sajakan jalan kesamping atau jalan yang dimodif lainnya.
Kendala kedua adalah belajar dengan hafalan mekanis. Dalam perform kami menghapalkan gerakan gerakan yang ada, padahal dengan spontanitas (salah satu memunculkan kreativitas) gerakan gerakan kreatif juga bisa.
Kendala ketiga adalah tekanan akan konformitas. Karena kami tidak melihat secara langsung kegigihan kelompok lain dalam berlatih membuat kami cenderung conform kepada mereka untuk tidak berusaha maksimal.
Kendala kultural dan konseptual. Di budaya kolektif yang kita ada sekarang yang hanya menekankan konsep bahwa anak pendiam adalah anak yang baik. Kami terbiasa menjadi pendiam dan sulit untuk mengekspresikan gerakan gerakan menarik. Selain itu kami sudah membentuk konsep didalam pikiran bahwa kami bukanlah anak yang terlalu kreatif membuat kami jadi malas berusaha semaksimal mungkin.
Tapi menurut kami kendala terbesar adalah tekanan konformitas. Ketidakadaan model yang baik utuk kami tiru membuat kami pun tidak berusaha maksimal. Seandainya saja ada aja satu kelompok yang kami lihat berusaha maksimal mungkin kami pun akan semakin berusaha maksimal.

Tuesday, December 13, 2011

My Conceptual Blocks

Bagi sebagian orang, kreativitasnya akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Tetapi sepertinya aku bukan termasuk kelompok tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang sudah kubaca, saat kecil dulu aku mempunyai ciri anak yang kreatif. Aku mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, selalu ingin belajar hal-hal yang baru, tidak takut berbuat kesalahan, mandiri, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Saat zamanku, masih jarang ada anak yang les dari pagi hingga malam. Itu terjadi saat aku kelas 4, 5, dan 6 SD. Karena minat belajarku yang luas, aku banyak mengikuti les di luar pelajaran sekolah. Orang lain akan terperangah saat aku mengatakan bahwa ada 6 jenis les yang kuikuti dalam seminggu, dan itu atas keinginanku sendiri, bukan paksaan orang tua. Bahkan untuk mendaftar di tempat les tersebut, aku mencari informasinya sendiri. Kemandirian itu ditanamkan oleh pamanku. Jika aku meminta bantuannya untuk menelepon ke tempat les menanyakan infonya, ia tidak akan mau dan mengatakan, “jika kamu selalu bergantung pada orang lain, kamu sendiri kapan majunya?” Padahal setelah kupikir-pikir, sebenarnya lucu juga murid SD yang dianggap masih kecil sudah belajar menggunakan bahasa orang dewasa saat mau menanyakan info. :D

Saat SD dulu, aku adalah langganan orang yang selalu bertanya di setiap mata pelajaran. Hampir sama seperti Anissa, Steven, dan Weillun yang selalu memiliki pertanyaan di setiap mata kuliah setelah kelompok presenter selesai menjelaskan. Kejadian yang sangat berpengaruh adalah  saat aku duduk di kelas 7 (kelas 1 SMP). Ada seorang guru yang tidak suka bila aku bertanya. Saat itu topiknya adalah tentang tata surya, yang salah satu isinya mengenai jumlah hari di tiap-tiap planet untuk mengorbit matahari. Bumi sendiri membutuhkan waktu 365 ¼ hari untuk satu putaran mengelilingi matahari. Dan ¼ hari yang terkumpul dalam 4 tahun akan menjadi satu hari yang ditambahkan ke bulan Februari. Lalu pertanyaanku kepada beliau adalah: mengapa 1 hari itu harus ditambahkan ke bulan Februari, bukan bulan yang lain? Mengapa juga hanya bulan Februari yang berjumlah 28 hari, bukan bulan lainnya? Setelah introspeksi, sepertinya aku memang kelewatan memberikan pertanyaan demikian pada beliau. Hanya saja, feedback yang diberikan oleh guru tersebut sangat membekas. Beliau sangat marah saat aku memberi pertanyaan tersebut dan mengatakan bahwa aku adalah murid nakal yang sengaja mau mengerjain dan mengetes guru. Beberapa teman sekelasku juga mengejekku dengan mengatakan bahwa aku sengaja memberikan pertanyaan-pertanyaan konyol dengan maksud ingin caper. Well.. Pertanyaan itu memang terbersit begitu saja di kepalaku. Mengapa tidak boleh ditanyakan?
Sejak itulah aku sudah sangat jarang bertanya lagi. Dari kejadian tersebut, dapat dikatakan ini adalah kendala yang berasal dari lingkungan. Lingkungan yang membatasi sering mengakibatkan kreativitas tidak dapat berkembang, minat dan motivasi intrinsik juga dapat dirusak. Kendala lainnya yaitu tekanan akan konformitas. Anak-anak dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas. Dari kasus di atas, ejekan dari teman menyebabkan rasa percaya diri menjadi jatuh, dan akhirnya memilih untuk conform dengan murid-murid lainnya dengan tidak banyak bertanya. Sumber kendala yang paling besar sebenarnya adalah diri sendiri. Orang cenderung untuk tidak melihat lebih jauh dan membatasi diri sendiri. Dalam hidup, sering secara sadar maupun tidak sadar kita menentukan sendiri batas-batas yang sebetulnya tidak ada dan yang menghambat prilaku kreatif kita. Ini termasuk dalam kendala perseptual, dimana kita cenderung untuk membatasi masalah dan tidak melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang ada. Selain itu, orang cenderung untuk takut terhadap kegagalan. Setelah gagal, orang akan takut untuk berbuat kesalahan lagi dan takut untuk mengambil resiko. Kecenderungan ini termasuk dalam kendala emosional.
Selain itu, kendala yang aku hadapi yaitu kendala psikologis. Dalam kendala ini, orang menyakinkan dirinya bahwa faktor eksternal menyebabkan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Jika aku memang benar anak yang kreatif, seharusnya aku tidak boleh stuck hanya karena menemui kejadian demikian. *bagaimanapun juga, untuk benar-benar mempraktekkannya jauh lebih sulit daripada hanya menuliskannya.*
Semoga melalui mata kuliah ini, kreativitasku dapat kembali berkembang lagi. J