Monday, April 30, 2012

Laporan Pelaksanaan Micro Teaching

Anggota Kelompok 6:
Rossa Mentari Putri     (101301010)
Reza Indah Pribadi      (101301014)
Yoseva Okta Naibaho  (101301052)
Vera Gandhi               (101301057)
Dede Suhendri            (101301078)
Olga Septania             (101301082)

Konsep : Belajar sambil bermain

A.      Pendahuluan

Guru ataupun pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.

Ilmu Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya, kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.

Selain itu, tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun pengajar.

Hal ini berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang telah dipelajari.

Pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya.  Bahasa Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat menambah wawasan kita.

Anak-anak diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.

B.      Landasan Teori

 Paedagogi praktis

Penting untuk kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun  juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini melahirkan paedagogi praktis.

The application on our micro teaching activity

Kita semua telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis dalam kegiatanmicroteaching yang kami lakukan. Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam bahasa Inggris. Kami memulai dengan:

  • Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
  • Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
  • Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara membacakan kata “PILOT”
  • Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini kami lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.

Prinsip-prinsip Proses Paedagogis

Beberapa prinsip-prisip Paedagogis adalah:

1. Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:

  • Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris, bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
  • Memasuki materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang sebagai penghargaan.
  • Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta didik pada hari itu.

2. Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati

Dalam proses micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.

3. Istilah pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi

Prinsip ini mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani proses pembelajaran yang baik.

4. Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering

Hal ini berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak serta merasakan sesuatu.

5. Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain.

C.      Alat dan Bahan

Dalam melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
  • Gambar (alat peraga)
  • White Board dan Spidol
  • Kamera digital
  • Sedotan
  • Karet gelang
  • Bintang dari kertas
  • Beberapa hadiah (reward)
D.      Peserta

Yang akan menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.

E.      Jadwal Kegiatan



F.      Biaya yang Dikeluarkan

Reward              : Rp. 13.500,-
Bolu                   : Rp. 32.000,-
Laminating        : Rp. 35.000,-
Tissue                : Rp.   2.750,-
Total                  : Rp. 83.250,-


G.     Laporan

Microteaching yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama microteaching adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri dengan mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana mencair seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar kami selama microteaching.

Setelah melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.

Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.

Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan salam-salaman.

Dari praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.

H.      Evaluasi

Dari perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.

I.       Testimoni

Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam hari. Hehehe..

Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun :)

Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D

Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.

Olga Septania
Microteaching yang kita adakan kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang kami ajar, mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan) sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk tetap terstruktur juga  harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang sederhana.

Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang telah dilakukan kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam suasana santai. Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya disukai anak-anak. Hehehe.

J. Dokumentasi Video

Tuesday, April 24, 2012

Action Plan


Kelompok 6 

Anggota      :  Rossa Mentari putri        (101301010)
                        Reza Indah Pribadi         (101301014)
                        Yoseva Okta Naibaho    (101301052)
                        Vera Gandhi                    (101301057)
                        Dede Suhendri                (101301078)
                        Olga Septania                 (101301082)

                         
Konsep           : Belajar sambil bermain

Perencanaan

A.      Pendahuluan

Guru ataupun pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.

Ilmu Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya, kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.

Selain itu, tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun pengajar.

Hal ini berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang telah dipelajari.

Pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya.  Bahasa Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat menambah wawasan kita.

Anak-anak diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.


B.      Landasan Teori

  -  Paedagogi praktis

Penting untuk kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun  juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini melahirkan paedagogi praktis.

The application on our micro teaching activity

Kita semua telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis dalam kegiatan microteaching yang kami lakukan. Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam bahasa Inggris. Kami memulai dengan:

1.       Menunjukkan media ajar
Media ajar dalam artian kami sengaja menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT)
2.       Memberikan contoh cara membaca
Kami kemudian membacakan dengan jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
3.       Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara
          membacakan kata “PILOT”
4.       Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris

Tahapan ini kami lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.

Prinsip-prinsip Proses Paedagogis

Beberapa prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1.     Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:

           ·         Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris, bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
           ·         Memasuki materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang sebagai penghargaan.
           ·         Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta didik pada hari itu.

2.    Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati

Dalam proses micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.

3.       Istilah pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling 
          melengkapi

Prinsip ini mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani proses pembelajaran yang baik.

4.      Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering

Hal ini berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak serta merasakan sesuatu.

5.       Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain

C.      Alat dan Bahan
Dalam melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
1.       Gambar (alat peraga)
2.       White Board dan Spidol
3.       Kamera digital
4.       Sedotan
5.       Karet gelang
6.       Bintang dari kertas
7.       Beberapa hadiah (reward)

D.      Peserta

Yang akan menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.

E.  Jadwal Kegiatan



F. Taksiran Biaya  

Alat dan bahan : 50.000,-
Reward              : 50.000,- 

Monday, April 23, 2012

Testimoni Perkuliahan 23 April 2012


Hari ini mata kuliah Paedagogi yang ditemani Bu Dina tidak lebih dari 40 menit. Sebenarnya hari ini Bu Dina akan menemani kami membahas beberapa hal dan menuntaskan berbagai permasalahan yang muncul di UTS. Tapi sayangnya, terjadilah suatu “insiden” yang kerap terjadi, yaitu mahasiswa tidak menjawab saat dosen bertanya. Kemungkinan pertama yaitu mahasiswa takut salah menjawab, kedua karena konformitas (sama-sama konform untuk tidak menjawab), ketiga karena tidak mau tahu, ataupun yang keempat-sudah mati rasa. To be honest, aku sendiri adalah gabungan tipe pertama dan kedua. Aku menjawab dalam hati, yang rasanya sulit sekali bila harus dilontarkan dari mulut. Akhirnya Bu Dina mengeluarkan ultimatum, bila pertanyaan terakhirnya tidak dijawab lagi, maka Beliau akan keluar dari ruangan kelas. Sebenarnya pertanyaan terakhir ada dijawab oleh beberapa orang, tetapi dengan suara kecil. Bu Dina bergerak mendekati meja, mengshut down laptop, menggulung kabel charger, memasukkan ke dalam tas, dan melangkah keluar dari kelas.

Aku sendiri salut Bu Dina dapat benar-benar melakukannya. Karena aku memperhatikan bahwa tidak semua guru dapat dengan tegas menerapkan sanksi yang telah mereka katakan. Menurut pendekatan behavioral, salah satu cara untuk meningkatkan prilaku yang diharapkan adalah melalui perjanjian (contracting), yaitu ketika murid tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat  merujuk pada perjanjian yang telah dibuat dan melaksanakan sanksi yang telah disepakati. Aku juga pernah membaca di salah satu buku psikologi pendidikan yang menulis bahwa, bila seorang guru telah membuat suatu kesepakatan yang memberikan sanksi, ketika kesepakatan itu dilanggar, maka sanksi harus benar-benar diberikan. Jika guru sendiri tidak tega ataupun tidak benar-benar memberikan sanksinya (hanya ngomong di mulut saja), maka di lain waktu ketika melakukan kesepakatan lagi, murid akan menganggap remeh kesepakatan tersebut karena sanksi tidak akan benar-benar diberikan. Aku sendiri pernah mengalaminya di kelas yang aku ajari. Karena aku agak tidak tega memberi sanksi (ataupun sanksi kuringankan), maka murid menganggap remeh hal yang aku katakan. Akhirnya aku tersadar saat membaca teori tersebut, dan benar-benar memberikan sanksi yang telah kusebutkan. Ternyata cukup efektif karena untuk selanjutnya, mereka tidak berani menganggap remeh lagi. =D Hanya saja aku masih belum begitu tahu bagaimana cara menerapkan dengan frekuensi yang benar, karena tidak mungkin juga begitu mereka ngobrol sedikit, langsung diberikan sanksi. Kelas akan menjadi sangat kaku dan tidak menyenangkan lagi bagi mereka.

Di akhir testimoni ini, aku juga ingin meminta maaf kepada Bu Dina karena aku adalah salah satu mahasiswa yang tidak menjawab dengan suara keras. Sepertinya tekanan konformitas yang kurasakan begitu kuat hingga mengalahkan rasa ingin menjawabku. Maaf  ya, Bu.. >__<

Thursday, April 12, 2012

Testimoni UTS

Ini adalah kali kedua aku mengikuti ujian dengan sistem online. Rasanya tetap saja beda dengan ujian formal yang diadakan di kelas. Jika ketegangan saat ujian di kelas itu akan berlalu hanya dalam satu setengah jam, dalam ujian  online ini tidak ada batasan waktunya. Apalagi dengan kemampuan menguntai kalimatku yang terbilang cukup lambat, untuk menjawab satu soal saja waktu yang digunakan lamaa..banget.

Tapi setelah melewati UTS online ini, pengetahuanku tentang pedagogi semakin bertambah! =D

Biasanya yang kuulas dalam blog hanya sebatas teori kulit luarnya saja. Kali ini berkat UTS, akhirnya aku bisa lebih serius mengkaji penerapan dari ilmu pedagogi ini. Penerapannya jauh lebih sulit dari yang kuperkirakan. Bahkan masih ada teori-teori yang aku tidak mengerti bagaimana cara mengaplikasikannya kepada anak untuk kegiatan micro teaching.

Testimoni UTS ini merupakan salah satu bentuk evaluasi dari kegiatan UTS online. Melalui testimoni ini, dosen dapat mengetahui sejauh mana kesan mahasiswanya dalam mengikuti ujian sistem online. Jika dikaitkan ke dalam teori psikologi pendidikan, adalah karakter pribadi yang baik dari seorang pendidik untuk berusaha mengevaluasi kembali kegiatan yang dilakukan. =)

Sunday, April 8, 2012

UTS Paedagogi

Kolaborasi Pedagogi dan TIK

Seiring dengan perkembangan zaman, peran teknologi dalam membantu pembelajaran juga bertambah penting. Penggunaan teknologi secara efektif dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Namun, hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu bagaimana penggunaan teknologi dapat sejalan dengan prinsip pedagogi. Prinsip pedagogi meliputi:
      ·   Guru dan murid sama-sama adalah pembelajar yang aktif
      ·   Guru dan murid dapat menjadi ‘partner’ yang baik
      ·   Guru dapat mendukung setiap murid secara istimewa
      ·   Guru meningkatkan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi
      ·   Guru harus memperhatikan kriteria-kriteria penting dalam mengeksplorasi
·    Hal yang paling penting adalah proses, bukan hasil akhirnya.

Guru juga harus mengingat tujuan pendidikan yang sebenarnya, yaitu membantu murid menjadi lebih mandiri untuk mencari tahu ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan hanya menjejalkan ilmu pengetahuan kepada mereka.

Kehadiran TIK memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, maka muncullah konsep pembelajaran e-learning, yaitu proses belajar yang memungkinkan murid untuk belajar yang difasilitasi oleh TIK.
Penggunaan TIK memberikan banyak kemudahan dalam proses pembelajaran, yaitu memungkinkan murid untuk belajar tanpa terhambat jarak dan waktu, dapat menciptakan komunitas pelajar di luar kelas, menunjang pembelajaran dengan menawarkan sumber daya yang bervariasi, dan menawarkan pengalaman virtual dan alat-alat yang menghemat waktu sehingga mereka dapat belajar lebih banyak pengetahuan baru lagi.

Bagaimanapun juga, penggunaan TIK harus sejalan dengan prinsip pedagogi. Teknologi tetap tidak dapat menggantikan kehadiran guru, apalagi mengambil alih tanggung jawab mereka. Guru  harus dapat memberi stimulasi pada murid untuk memunculkan interaksi antara satu dengan lainnya. Guru juga harus mampu mendorong  murid untuk mengembangkan diri sendiri menjadi lebih produktif lagi. Terakhir, guru memiliki tanggung jawab untuk membuat murid merasa bahwa aktivitas di dalam kelas tersebut bermakna.

Sumber referensi:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.