Bagi sebagian orang, kreativitasnya akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Tetapi sepertinya aku bukan termasuk kelompok tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang sudah kubaca, saat kecil dulu aku mempunyai ciri anak yang kreatif. Aku mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, selalu ingin belajar hal-hal yang baru, tidak takut berbuat kesalahan, mandiri, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Saat zamanku, masih jarang ada anak yang les dari pagi hingga malam. Itu terjadi saat aku kelas 4, 5, dan 6 SD. Karena minat belajarku yang luas, aku banyak mengikuti les di luar pelajaran sekolah. Orang lain akan terperangah saat aku mengatakan bahwa ada 6 jenis les yang kuikuti dalam seminggu, dan itu atas keinginanku sendiri, bukan paksaan orang tua. Bahkan untuk mendaftar di tempat les tersebut, aku mencari informasinya sendiri. Kemandirian itu ditanamkan oleh pamanku. Jika aku meminta bantuannya untuk menelepon ke tempat les menanyakan infonya, ia tidak akan mau dan mengatakan, “jika kamu selalu bergantung pada orang lain, kamu sendiri kapan majunya?” Padahal setelah kupikir-pikir, sebenarnya lucu juga murid SD yang dianggap masih kecil sudah belajar menggunakan bahasa orang dewasa saat mau menanyakan info. :D
Saat SD dulu, aku adalah langganan orang yang selalu bertanya di setiap mata pelajaran. Hampir sama seperti Anissa, Steven, dan Weillun yang selalu memiliki pertanyaan di setiap mata kuliah setelah kelompok presenter selesai menjelaskan. Kejadian yang sangat berpengaruh adalah saat aku duduk di kelas 7 (kelas 1 SMP). Ada seorang guru yang tidak suka bila aku bertanya. Saat itu topiknya adalah tentang tata surya, yang salah satu isinya mengenai jumlah hari di tiap-tiap planet untuk mengorbit matahari. Bumi sendiri membutuhkan waktu 365 ¼ hari untuk satu putaran mengelilingi matahari. Dan ¼ hari yang terkumpul dalam 4 tahun akan menjadi satu hari yang ditambahkan ke bulan Februari. Lalu pertanyaanku kepada beliau adalah: mengapa 1 hari itu harus ditambahkan ke bulan Februari, bukan bulan yang lain? Mengapa juga hanya bulan Februari yang berjumlah 28 hari, bukan bulan lainnya? Setelah introspeksi, sepertinya aku memang kelewatan memberikan pertanyaan demikian pada beliau. Hanya saja, feedback yang diberikan oleh guru tersebut sangat membekas. Beliau sangat marah saat aku memberi pertanyaan tersebut dan mengatakan bahwa aku adalah murid nakal yang sengaja mau mengerjain dan mengetes guru. Beberapa teman sekelasku juga mengejekku dengan mengatakan bahwa aku sengaja memberikan pertanyaan-pertanyaan konyol dengan maksud ingin caper. Well.. Pertanyaan itu memang terbersit begitu saja di kepalaku. Mengapa tidak boleh ditanyakan?
Sejak itulah aku sudah sangat jarang bertanya lagi. Dari kejadian tersebut, dapat dikatakan ini adalah kendala yang berasal dari lingkungan. Lingkungan yang membatasi sering mengakibatkan kreativitas tidak dapat berkembang, minat dan motivasi intrinsik juga dapat dirusak. Kendala lainnya yaitu tekanan akan konformitas. Anak-anak dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas. Dari kasus di atas, ejekan dari teman menyebabkan rasa percaya diri menjadi jatuh, dan akhirnya memilih untuk conform dengan murid-murid lainnya dengan tidak banyak bertanya. Sumber kendala yang paling besar sebenarnya adalah diri sendiri. Orang cenderung untuk tidak melihat lebih jauh dan membatasi diri sendiri. Dalam hidup, sering secara sadar maupun tidak sadar kita menentukan sendiri batas-batas yang sebetulnya tidak ada dan yang menghambat prilaku kreatif kita. Ini termasuk dalam kendala perseptual, dimana kita cenderung untuk membatasi masalah dan tidak melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang ada. Selain itu, orang cenderung untuk takut terhadap kegagalan. Setelah gagal, orang akan takut untuk berbuat kesalahan lagi dan takut untuk mengambil resiko. Kecenderungan ini termasuk dalam kendala emosional.
Selain itu, kendala yang aku hadapi yaitu kendala psikologis. Dalam kendala ini, orang menyakinkan dirinya bahwa faktor eksternal menyebabkan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Jika aku memang benar anak yang kreatif, seharusnya aku tidak boleh stuck hanya karena menemui kejadian demikian. *bagaimanapun juga, untuk benar-benar mempraktekkannya jauh lebih sulit daripada hanya menuliskannya.*
Semoga melalui mata kuliah ini, kreativitasku dapat kembali berkembang lagi. J
No comments:
Post a Comment