Friday, March 30, 2012

Pedagogi Praktis???


1.  Apa itu Pedagogi Praktis?
2. Apakah Negara Indonesia kita ini telah menerapkan pedagogi praktis ataukah belum?

  Menurut hasil pembahasan kelompok kami, pedagogi praktis merupakan pengaplikasian dari pedagogi dalam ilmu pengajaran. Pedagogi merupakan seni dan ilmu mengajar oleh seorang pendidik kepada murid-muridnya. Banyaknya orang yang masih tertarik untuk mendiskusikan pedagogi, melahirkan istilah pedagogi progresif atau pedagogi abad ke-21. Pedagogi praktis menerapkan teori-teori dari pedagogi teoritis yang telah teruji. Saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung, perbedaan antara pedagogi praktis dan pedagogi teoritis tidak begitu terlihat. Namun, pendidik akan menemukan banyak pengalaman baru saat mereka sedang mengajar. Pada saat itulah mereka juga meneliti apakah pedagogi praktis yang telah mereka praktekkan sudah sejalan dengan teori yang ada dalam pedagogi teoritis.

   Apakah Negara Indonesia kita ini telah menerapkan pedagogi praktis ataukah belum? Paedagogi praktis tentunya memang merupakan hal yang dilakukan oleh para tenaga pendidik, yaitu mempraktekkann prinsip paedagogi teoritis. Menurut kelompok kami, saat ini lembaga pendidikan anak usia dini sudah mengaplikasikan prinsip paedagogi praktis dengan cukup baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan penerapan metode pembelajaran di beberapa sekolah yang sudah tidak lagi konvensional dimana guru bertindak sangat otoriter. Metode pembelajaran saat ini telah lebih mempertimbangkan masa eksplorasi pengetahuan anak-anak yang lebih luas, bukan hanya pengetahuan yang bersumber dari guru di sekolah. Tempat pendidikan anak usia dini tidak hanya ada pada sekolah. Seperti yang dapat kita lihat, saat ini tempat penitipan anak, tempat kursus dapat dengan mudah ditemukan karena pendidikan bagi anak usia dini tidak mengharuskan pendidikan yang bersifat formal, bertempat di gedung yang besar. Asalkan tersedia sarana dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, proses belajar mengajar tidak harus dilakukan di ruangan yang besar, bahkan pada saat ini, kebanyakan ruang kelas di beberapa sekolah lebih kecil dari ukuran ruang kelas masa dulu karena berdasarkan prinsip paedagogi, proses belajar mengajar lebih efektif bila jumlah anak dalam kelas tidak terlalu banyak.

   Metode pembelajaran konvensional yang hanya berpusat dari guru meskipun melatih kedisiplinan anak-anak, namun menghambat kreativitas dan membatasi ruang lingkup pengetahuan anak. Oleh karena itu, saat ini para tenaga pendidik berusaha menggunakan macam-macam metode pembelajaran yang kreatif untuk memaksimalkan eksplorasi anak untuk menemukan hal-hal baru sendiri secara nyata bila memungkinkan dan tentunya juga dibimbing oleh guru. Para tenaga pendidik berusaha untuk mampu memberikan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak selama belajar seperti melakukan field trip, gathering day, belajar dengan praktek langsung di setting sebenarnya (learning by doing), dsb sehingga anak-anak termotivasi untuk terus belajar.

   Selain melakukan perubahan pada metode pembelajaran, ketentuan-ketentuan mengenai kriteria tenaga pendidik juga telah diatur lebih ketat. Setiap sekolah memiliki ketentuan-ketentuan dalam penerimaan guru. Sebagian sekolah mensyaratkan diploma untuk calon guru jenjang pendidikan tertentu, sebagian lagi mensyaratkan Sarjana (undergraduate) atau master.

     Anggota Kelompok:
     Wieny Delvonia (10-032)
     Vera Gandhi      (10-057)
     Venti Ayu Wibawa (10-070)

Saturday, March 24, 2012

Pengaplikasian Pedagogi Abad 21

Istilah pedagogi sebenarnya sudah cukup lama dikenal, dimulai sejak adanya peradaban pendidikan dan pembelajaran. Sampai sekarang pun, pedagogi masih menjadi bahan diskusi sehingga diberi nama pedagogi progresif (progressive pedagogy).

Menurut McNamara (1991), pengetahuan pedagogis terbagi dua, yaitu pengetahuan pedagogis formal dan pengetahuan pedagogis vernakular. Pengetahuan pedagogis formal berupa pedagogi teoritis atau ilmiah, dan pengetahuan pedagogis vernakular merupakan istilah lain dari pedagogi praktis.

Fungsi penelitian pedagogis yaitu: (1) menghasilkan pnegetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Tujuan dari fungsi pertama ini akan menghasilkan pendagogi teoritis. (2) memungkinkan pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan memodifikasi pedagogi (bila perlu). Tujuan fungsi kedua ini akan menghasilkan pedagogi praktis.

Guru juga dapat mengembangkan pendekatan sendiri untuk pedagogi dengan berdasarkan kerangka kerja berikut:
      1.  Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
      2.  Pengetahuan tentang teori belajar
      3.  Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar.
      4.  Pengetahuan model pengajaran dan pembelajaran, interaksi dengan siswa
      5.  Memeahami bagaimana pedagogi dapat diterapkan di dalam kelas.
      6.  Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik penelitian.

Pedagogi juga menemui tantangan dalam penerapannya. Oleh karena itu, munculah tiga aspek untuk memahami tantangan ini: 
  1.  Codifying and communicating teacher’s practical pedagogical knowledge.
Sebagian guru menemui masalah dalam mengtransfer ilmunya kepada murid dan kurang memperhatikan pentingnya peran mereka sendiri bagi masan depan siswa. 
  2Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management.
Pengalaman praktis dari seorang pendidik masih belum didukung oleh dasar teoritis pengetahuan ilmiah yang aman. Oleh karena itulah, penting bagi guru untuk membangun sistem pedagogis serta menegmebangkan dan menerapkan pengetahuan ini. 
  3.  Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy.
Ilmu baru pedagogi ini diharapkan adanya perkembangan kerangka teori yang kuat terhadapnya.

Di Indonesia sendiri, pedagogi praktis belum dapat benar-benar diterapkan karena adanya kebijakan pemerintah yang mempersempit ruang gerak pengembangan pedagogi. Tetapi bagaimanapun juga, pengetahuan pedagogi ilmiah dan praktisnya tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung satu sama lainnya.

Testimonial e-learning

Menyenangkan!  :D

 Itulah yang kurasakan selama proses kuliah online pada tanggal 19 Maret 2012. Bu Dina memberikan situs e-dukasi.net sebagai stimulus agar dapat kami kaitkan dengan pedagogi. Setelah mengeksplorasi situs tersebut, kami diharuskan untuk memposting pada wall grup kuliah online. Selain itu, teman-teman yang lain juga diminta untuk memberi komentar terhadap postingan yang telah dibuat.

Tanpa terasa, proses kegiatan kuliah online ini berlalu dengan cepat. Saya sendiri juga heran ketika Bu Dina meminta kami untuk absen sekali lagi untuk cross check. Ternyata saat melihat jam, sudah pukul 9.40. Wah.. Beda sekali dengan saat belajar di dalam kelas yang waktu rasanya berjalan dengan lambat. Hehe.. Sekian tetimoni dari saya.. Semoga kegiatan belajar seperti ini dapat dilakukan lagi di lain waktu. :)

Sunday, March 18, 2012

Pedagogi, Pedagogis, Prinsip-prinsip Pedagogis

Pedagogi sebenarnya mempunyai arti yang luas, tidak hanya sebagai ilmu dan seni dalam mengajar. Pedagogi juga bertujuan untuk pengembangan individu dalam pembentukan generasi baru. Apakah perbedaannya dengan pedagogis? Pedagogi sebagai kata benda, sedangkan pedagogis merupakan kata sifatnya. Pedagogis memiliki makna bersifat pedagogi atau bersifat mendidik.

Proses pedagogis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditaati. Salah satu prinsip yang dikemukakan Addine (2001) yaitu kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis, yang berfokus bahwa proses pedagogis harus terstruktur sesuai dengan perkembangan zaman. Prinsip lainnya yaitu setiap materi pembelajaran di sekolah harus dapat berguna dan dapat diterapkan dalam kehidupan. Selain itu, dalam proses pedagogis, setiap kepribadian siswa juga harus dihargai karena setiap individu memiliki keunikannya tersendiri. Prinsip berikutnya berkaitan dengan kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses, yaitu pendidikan dan pengajaran harus saling melengkapi. Proses pedagogis juga harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Prinsip terakhir yaitu, masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.

Guru juga dituntut untuk mampu mencapai kemampuan profesional tingkat tinggi, yang mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Vygotsky mengemukakan dimensi-dimensi yang diperlukan untuk membentuk guru profesional, yaitu pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh, guru yang mampu memberdayakan siswa, pembentukan karakter yang terpribadi (personalized character), dan pembentukan karakter preventif dalam menghadapi situasi sulit.

Perspektif dan Strategi Guru Efektif

Ketika mendengar ataupun membaca kata “mengajar”, maka yang pertama kali akan terbayang adalah kata “guru”. Makna belajar yaitu tindakan seseorang atau tim dalam memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek, agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan masalah interaksi guru dengan siswa di kelas adalah mengajar, belajar, pengajaran, dan pembelajaran. Istilah yang agak membingungkan yaitu pembelajaran. Sebenarnya makna pembelajaran yaitu  interaksi antara guru dengan siswa dan keduanya memiliki peran penting, yang lebih mengarah pada student centered (berpusat pada siswa). Pola pembelajaran ini dapat berupa interaksi guru dan murid secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi secara tidak langsung misalnya guru tidak harus hadir secara fisik di depan muridnya, tetapi dapat pula melalui teknologi multimedia misalnya komputer.

Kegiatan mengajar  yang unggul diharapkan agar dapat membuat siswa termotivasi untuk belajar secara berkelanjutan. Juga merupakan suatu proses yang meningkatkan motivasi belajar siswa dan berbeda dengan efek mengajar yang biasa. Guru dengan kemampuan mengajar yang unggul bercirikan memiliki keahlian pokok dalam mengajar, menjadi komunikator yang unggul,  ahli dalam pedagogis, menjadi mentor yang berpusat pada siswa, dan sebagai asesor yang sistematis dan berkelanjutan.

Guru dituntut untuk membuat keputusan yang serba cepat ketika muncul hal-hal yang tidak terduga ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Agar guru dapat mengontrol keadaan kelas dengan benar, maka guru harus memiliki perspektif. Tiga perspektif tersebut yaitu materi pelajaran, cara mengelola pembelajaran, dan siswa. Mereka harus berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami peristiwa di kelas. Mereka juga mampu mengtransformasikan materi yang diajarkan agar dapat dimengerti oleh siswa dengan baik. Untuk mencapai target tersebut, guru harus menyusun strategi berupa rencana ataupun serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memfasilitasi jenis pembelajaran tertentu.

Strategi yang digunakan guru berdasarkan pada paradigma yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Paradigma ialah cara seseorang dalam memandang dunia, muncul dari berbagai bentuk usaha ilmiah seperti pengamatan, analisis, dan lain sebagainya. Guru akan menjadi lebih efektif bila secara sadar memilih untuk menggunakan strategi mengajar. Berikut ini adalah lima strategi mengajar:
      1.       Pelatihan dan pelatihan lanjut
      2.       Ceramah dan menjelaskan
      3.       Mencari dan menemukan
      4.       Kelompok dan tim
      5.       Pengalaman dan refleksi

Lima strategi tersebut menjadi kerangka kerja konseptual yang berfungsi utnuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Bersama dengan tiga perpsektif yang telah dibahas sebelumnya, ditambah pelatihan, kesabaran, dan kerja keras, maka guru akan menjadi lebih efektif dalam menjalankan tugasnya.

Sunday, March 11, 2012

Seni dan Ilmu Mengajar

Pada hari Senin tanggal 5 Maret 2012 adalah pertemuan kedua mata kuliah Paedagogi. Topik pelajaran hari itu adalah “seni dan ilmu mengajar”. Seperti biasa, aku selalu menunggu-nunggu hal baru apa lagi yang akan diajarkan oleh dosen pengampu kami, Bu Dina. ‘Sesuatu’ yang kudapatkan pada hari itu adalah editgrid.com. situs ini menyediakan kolom-kolom yang mirip microsoft Excel dan kita bisa mempublish tulisan kita sehingga dapat dilihat oleh orang lain. Walaupun aku masih belum terlalu mengerti penggunaannya, tapi rasanya menyenangkan saja karena mengetahui hal yang baru. Materi pengajaran seperti ini juga berkaitan dengan materi “mengajar adalah ilmu, mengajar adalah seni”.

Dari sudut pandang mengajar adalah ilmu, bagian yang lebih ditekankan yaitu berfokus pada cara-cara melakukan sistematisasi komunikasi antara guru dan siswa. Materi pelajaran dan interaksi diatur secara sistematis sehingga mengurangi kemungkinan kegiatan pembelajaran terjadi hanya secara kebetulan. Dalam hal ini, dosen berusaha untuk mencari materi baru yang akan disharekan kepada kami, materi tersebut bukan muncul secara kebetulan, tetapi memang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Bu Dina.

Di sisi lain, mengajar adalah seni lebih menekankan adanya intuisi, improvisasi, dan ekspresi. Pengajar juga harus siap bila menghadapi hal yang tidak terduga, dan mampu mengelola kejadian-kejadian yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya ketika penggunaan Editgrid ternyata tidak selancar yang diharapkan, Bu Dina berusaha untuk mengimprovisasi materi tersebut menjadi membahas fitur-fitur yang ada pada USU e-learning.

Kesimpulannya, mengajar adalah perpaduan antara ilmu dan seni yang merupakan proses alami yang akan terjadi di dalam kelas. Mengajar sebagai aktivitas profesional pengajar, mengkombinasikan keduanya secara harmonis dalam kegiatan pembelajaran.

Referensi: Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.

Welcome to Myself..

Setelah dua bulan nganggur, blog ini akhirnya akan berfungsi kembali.:D

Blog ini benar-benar multifungsi. Awalnya aku gunakan untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan pada semester 2, kemudian mata kuliah Kreativitas pada semester 3. Dan kali ini pada semester 4, blog ini akan diberdayakan untuk mata kuliah Paedagogi.

Mata kuliah Paedagogi ini membahas mengenai ilmu dan seni seorang pengajar dalam mendidik anak. Aku memilih mata kuliah ini karena memang tertarik untuk mengetahui sebenarnya bagaimanakah caranya mengajar anak-anak. Aku pernah mendengar di radio tentang cara mengajar yang diterapkan oleh Kak Seto ataupun Ayah Edy. Rasanya cukup sulit untuk mencapai tingkat kesabaran seperti yang mereka ceritakan. Mereka sanggup menghadapi anak yang tadinya bandel luar biasa menjadi dapat dikendalikan, dan anak yang awalnya sangat pendiam menjadi anak yang aktif.

Salah satu kisah yang diceritakan yaitu ketika menghadapi anak TK yang suka meludah, termasuk meludahi teman dan bahkan ia juga berani meludahi gurunya. Bila Anda yang menghadapi anak tersebut, apa yang akan Anda lakukan? Mungkinkah akan lepas kontrol dan melayangkan tamparan padanya? Sejauh ini aku belum pernah bertemu murid seperti itu. Tapi di lain waktu, who knows? Oleh sebab itulah aku mengambil mata kuliah ini agar ada persiapan dulu bila suatu hari berjodoh untuk bertemu anak demikian. :D