Dua minggu yang lalu, saya diminta guru les saya untuk berbicara empat mata. Beliau sangat serius saat mengatakan hal ini kepadaku. Ternyata beliau ingin memintaku untuk menjadi teman bagi Jen, salah satu muridnya. Aku sudah mengenal Jen cukup lama, tetapi tidak lebih dari sekedar menyapa saat bertemu di tempat les. Jen lebih kecil dua tahun dariku, dan ia tidak bersekolah lagi. Ia hanya bersekolah sampai kelas 4 SD saja, setelah itu ia kesulitan untuk menerima pelajaran-pelajaran baru di sekolah. Guruku meminta saya untuk menemani Jen, agar ia setidaknya mempunyai teman berbagi.
Kemarin (hari Minggu), saya diajak keluarga Jen untuk jalan-jalan bersama, walaupun akhirnya saya berinisiatif untuk tidak gabung, hanya jalan berdua dengannya saja. Kami berjalan menelusuri toko dan melihat-lihat barang. Jen masih merasa sedikit bingung bagaimana ia harus bersikap, karena kemarin adalah kali pertama ia jalan-jalan dengan orang yang selain keluarganya.
Jen agak sulit berkonsentrasi. Bila saya memintanya untuk melihat baju ini, matanya akan melihat sebentar ke baju tersebut, dan kemudian setelahnya melirik ke arah yang lain. Gangguan seperti ini dapat juga dikategorikan ‘Attention deficit hyperactivity disorder’ atau ADHD.
Gangguan prilakunya tidak begitu terlihat. Hanya saja ia agak sedikit emosional dalam menghadapi sesuatu. Selain itu, sesekali waktu ia juga mengalami kecemasan (anxiety). Jen dapat berkomunikasi dengan baik dalam mengemukakan pendapatnya, walaupun terkadang ada sedikit gagap atau berulang.
Jen mempunyai orang tua yang sangat mendukung dia. Sampai sekarang ia juga masih belajar salah satu alat musik, yang dapat menjadi modal baginya di masa depan. Guruku juga sangat pengertian dan sabar mengajari Jen, tentu saja dengan cara pengajaran yang sedikit berbeda dengan anak lainnya.
No comments:
Post a Comment