Beberapa hari yang lalu saat sedang mengerjakan tugas kuliah, aku tiba-tiba tersentak karena aku baru tersadar belum mengepost tugas feedback ini. Karena beberapa permasalahan teknis, akhirnya baru hari ini aku bisa connect ke internet.
Pada hari Selasa beberapa minggu yang lalu, Ibu Dina memberikan kuliah yang berbeda dari biasanya. Hari itu, sebelum kuliah kami diminta untuk membuat satu lingkaran besar yang terdiri dari hampir enam puluh mahasiswa. Mungkin lingkaran yang terbentuk hampir berdiameter 6 meter, besar sekali bukan?
Awalnya kami diperdengarkan lagu ‘’Becak’’ tanpa lirik, hanya instrumen (alat musik) saja. Bu Dina memberikan liriknya, yaitu: “Ke depan ke belakang, ke kanan lalu tekuk. Ke depan ke belakang ke kanan lalu tekuk…dst” sambil memperagakan gerakan yang akan kami lakukan nantinya. Kami semua juga terlena dengan musik pengiring dan mengikuti gerakan Bu Dina dengan kompak.
Musik tersebut ternyata semakin lama semakin cepat. Namun pada suatu titik, ada pause sejenak sebelum memasuki lanjutannya, dan akhirnya kembali ke tempo awal. Jika tidak konsentrasi pada musik pengiring tersebut, maka gerakan kami akan menjadi tidak sejalan dengan musik dan tidak kompak lagi.
Kegiatan seperti ini yang dilakukan sebelum pelajaran dimulai disebut juga ice-breaking atau warming-up. Kegiatan tesebut dapat membuat murid menjadi tidak kaku dan merasa lebih nyaman dengan guru mereka. Selain itu, mereka juga akan lebih siap untuk menerima pelajaran yang akan disampaikan. Training guru yang pernah saya ikuti juga mengajarkan metode ini. Selain gerakan tubuh, ada juga yang hanya perlu menggerakkan tangan, tetapi diperlukan konsentrasi penuh. Gerakan sederhana tetapi sulit dilakukan ini disebut dengan brain gym. Brain gym ini dapat membantu anak untuk lebih cepat menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru. Situs di bawah ini adalah contoh brain gym. Selamat mencoba. J
Topik: Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA
Judul: Pengembangan TIK di SMA Sutomo 2
PERENCANAAN
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang pesat pada zaman sekarang ini dalam berbagai hal, baik untuk bisnis, pendidikan, pertemanan, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan semakin majunya peradaban umat manusia. Menyadari pentingnya hal tersebut, topik yang akan diangkat dalam penelitian kali ini adalah “Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA”.
Adapun topik tersebut dipilih karena peran teknologi tidak terlepas dari dunia pendidikan sekarang ini. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan semakin dimodifikasi berhubungan dengan kemajuan teknologi. Contohnya saja pada tahun 90-an, sekolah-sekolah belum menggunakan komputer sebagai salah satu media belajar. Berbeda pada awal 2000-an dimana sedikit demi sedikit komputer sudah diperkenalkan dalam dunia pendidikan dan digunakan sebagai media belajar. Semakin berkembangnya zaman, kita sendiri tahu bahwa sekarang ini, hampir setiap sekolah (walaupun tidak semuanya) telah menggunakan komputer sebagai salah satu media belajarnya. Baik sebagai salah satu mata pelajaran praktikum, digunakan dalam membuat tugas, bahkan sebagai media berkomunikasi dengan guru maupun teman sebaya. (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan)
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah murid kelas 2 SMA Sutomo 2 Medan. Sekolah ini dipilih karena teknologi yang disediakan sudah cukup memadai. Adapun teori yang dirumuskan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) mengenai 4 pendekatan dalam pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) meliputi emerging approach, applying approach, integrating approach, dan transforming approach.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran teknologi telah berkembang di sekolah tersebut serta mengetahui tahap pendekatan mana yang telah dicapai oleh sekolah sesuai dengan teori yang telah dirumuskan oleh UNESCO tersebut.
Landasan Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif pada semakin terbukanya dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus ruang dan waktu. Adapun dampak negatifnya masuknya nilai, norma, aturan dan moral kehidupan negara luar ke dalam negeri ini. Menghadapi kenyataan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifnya. Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang tujuannya untuk meningkatkan nilai sosial, budaya, moral, maupun agama peserta didik; juga mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Adapun peran pengajar disini adalah berusaha mengarahkan peserta didik agar mampu memaksimalkan pengetahuan dan keterampilannya.
Menurut buku Santrock, jika murid ingin siap kerja, teknologi harus menjadi bagian yang integral dari sekolah dan pelajaran di kelas. Orang menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi. Hal ini merupakan revolusi teknologi. Masyarakat masih mengandalkan beberapa keahlian nonteknologi mendasar seperti keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan tetapi, di dunia yang kini berorientasi pada teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat (Bitter & Pierson; Collis & Sakamoto, 1996; Nickerson, 2000).
Karena alasan-alasan tersebut, sekolah-sekolah sudah mulai mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam sistem kurikulumnya. Para ahli mendefinisikan berbagai pendekatan dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Pendekatan ini dihubungkan dengan situasi di sekolah tertentu di semua level khususnya tingkat SMA yang berhubungan dengan pertumbuhan TIK dalam sistem persekolahan. Suatu sekolah dapat menentukan model pendekatan sendiri sesuai dengan kondisi sekolahnya. Masing-masing sekolah harus berupaya untuk menemukan dan mengembangkan satu pendekatan yang cocok sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah, sebab pendekatan pengembangan TIK memberikan kontribusi berarti terhadap pengembangan kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.
Penerapan TIK di sekolah memerlukan pendekatan yang tepat dengan tujuan, kondisi dan kemampuan sekolah. Hal ini karena penerapan TIK memerlukan dukungan baik dari faktor sumber daya beserta faktor sarana dan fasilitas pendukung. Setiap pendekatan TIK termasuk di dalamnya adalah visi, misi, tujuan, pengembangan perencanaan, fasilitas yang dibutuhkan, metode pembelajaran dan sistem evaluasi. Hal ini sejalan dengan rumusan UNESCO (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) dimana terdapat 4 pendekatan dalam pengembangan TIK di sekolah, yang meliputi :
1. Emerging Approach
Pendekatan ini merupakan langkah awal dalam mengembangkan langkah-langkah TIK disekolah. Sekolah mulai menyediakan beberapa peralatan dan beberapa perangkat lunak (software). Pada tahap awal ini, pengelola sekolah serta guru memulai untuk mengkaji konsekuensi dan berbagai kemungkinan penerapan TIK pada kurikulum sekolah. Pada tahap ini, sekolah masih memegang sistem pembelajaran teacher-centred yang sifatnya tradisional. Misalnya, para guru memberi materi dengan menyediakan materi dan para peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi yang telah ditentukan.
2. Applying Approach
Pendekatan ini berhubungan dengan sekolah dimana kontribusi TIK terhadap aspek pembelajaran telah berkembang. Tahap ini sudah satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai objek untuk dipelajari. Pada tahap ini para guru dan pengembang menggunakan TIK untuk berbagai tugas dalam hal manajemen sekolah dan pelaksanaan kurikulum. Misalnya, guru memberikan pelajaran dengan menerapkan TIK, seperti dengan melalui program presentasi dan word-processed. Para peserta didik dapat mengakses teknologi menggunakan satu atau dua komputer di kelas dan di laboratorium komputer. Pada tahap ini TIK belum terintegrasi dengan kurikulum.
3. Integrating Approach
Pendekatan ini ditandai dengan keadaan sekolah yang sudah dilengkapi perangkat teknologi yang menyatu dengan laboratorium, kelas, dan kantor administratif. Pengembang TIK di sekolah mengembangkan cara baru yang produktif untuk pengembangan TIK secara profesional. Pada tahap ini, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran). Kurikulum sudah menggabungkan mata pelajaran dalam sebuah aplikasi dunia nyata. Misalnya, materi disajikan dalam berbagai sumber yang melibatkan masyarakat dan sumber daya global melalui internet. Para peserta didik mengakses teknologi dengan menggunakan dan menjadikannya sebagai alat untuk menunjukkan pengetahuannya dalam penguasaan materi pelajaran. Dalam model ini sekolah mulai melibatkan masyarakat dan lingkungan sebagai sumber belajar.
4. Transforming Approach
Pendekatan ini dihubungkan dengan sekolah yang telah menggunakan TIK secara kreatif untuk mengevaluasi dan memperbaharui organisasi sekolah. Tahap ini merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. Fokus kurikulum adalah learner-centred dan mengintegrasikan materi pelajaran kedalam aplikasi dunia nyata. Misalnya, para peserta didik dapat berpartisipasi bekerja dengan para pemimpin masyarakat untuk memecahkan permasalahan lokal dengan mengakses, menganalisa, melaporkan dan mempresentasikan informasi dengan perangkat TIK. Pada pendekatan ini, sekolah telah menjadi suatu pusat pembelajaran bagi masyarakat.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas, kelompok kami ingin mengetahui sejauh mana pendekatan pengembangan TIK yang telah diterapkan oleh SMA Swasta Sutomo 2 Medan sesuai dengan rumusan yang dikeluarkan oleh UNESCO.
Alat atau Bahan
1. Kuesioner sebagai alat ukur tes
2. Printer untuk mencetak kuesioner
3. Kamera untuk dokumentasi
4. Snack sebagai reward
Analisis Data
Data yang didapatkan terdiri dari 20 item yang mencakup 4 pendekatan dengan masing-masing pendekatan berjumlah 5 item. Data diolah dengan statistik deskriptif menggunakan tendency central berupa modus. Kesimpulan ditarik berdasarkan item yang paling banyak dipilh yang kemudian akan menunjukkan pendekatan TIK yang telah dikembangkan oleh sekolah Sutomo 2.
Objek atau Subjek
Data diambil di sekolah SMA Sutomo 2 Medan dengan subjek penelitian adalah murid SMA Sutomo 2. Populasi murid SMA di sekolah Sutomo 2 berjumlah sekitar 500 orang, sedangkan sampel yang digunakan berjumlah 30 orang yang diambil dari kelas XI-IPA1.
Jadwal Pelaksanaan
5 April 2011 : penentuan topik dan judul
12 April 2011 : Menentukan asumsi teori yang dipilih
19 April 2011 : Menyusun pendahuluan, landasan teori, kuesioner, serta alat dan bahan
26 April 2011 : Menanyakan ketersediaan sekolah Sutomo 2 untuk diteliti
30 April 2011 : Meminta surat izin fakultas
2 Mei 2011 : Berdiskusi dengan Bu Dina mengenai teori yang dipilih
3 Mei 2011 : 1) Berdiskusi dan memperoleh bimbingan Bu Dina mengenai penelitian. 2) Mendapat izin dari sekolah Sutomo 2 dan menentukan hari yang dipilih untuk melakukan penelitian
6 Mei 2011 : Melakukan penelitian ke sekolah Sutomo 2
9 Mei 2011 : Menganalisis data
Kalkulasi Biaya
1. Biaya print kuesioner : Rp 4.000,-
2. Biaya fotokopi kuesioner : Rp 15.000,-
3. Biaya transportasi: Rp 20.000,-
4. Biaya snack : Rp 16.000,-
PELAKSANAAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 6 Mei 2011 ke sekolah SUTOMO 2. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing jam 9 pagi dan sampai di sekolah Sutomo 2 jam 10. Sebelum memasuki gerbang sekolah kelompok memeriksa terlebih dahulu barang-barang yang telah dipersiapkan untuk melakukan penelitian, berupa kuesioner, snack dan kamera. Setelah semuanya lengkap, kelompok memasuki gerbang sekolah dan meminta izin kepada satpam untuk bertemu dengan guru BP. Sesampainya di ruang BP, kelompok diminta menunggu sebentar karena pada jam itu sedang jam istirahat sehingga para siswa yang ingin diteliti tidak berada di tempat.
Setelah bel tanda pelajaran dimulai, kelompok dibawa oleh guru BP ke ruangan kelas XI-IPA1. Awalnya, guru BP memasuki ruangan kelas terlebih dahulu dan menjelaskan sedikit mengenai kegiatan penelitian kelompok. Kemudian setelah selesai, kelompok dipersilahkan masuk dan kelompok diperkenalkan oleh guru BP kepada para murid. Setelah perkenalan, guru BP meninggalkan kelompok di ruangan kelas tersebut dan kelompok mulai menjelaskan prosedur penelitian. Sementara salah seorang dari anggota kelompok menjelaskan prosedur, anggota yang lain mulai membagikan kuesioner kepada para murid dan yang lainnnya mengambil foto untuk dokumentasi. Setelah prosedur selesai dijelaskan, murid-murid dipersilahkan untuk mengisi kuesioner tersebut. Sepuluh menit kemudian, kuesioner mulai yang telah diisi mulai dikumpulkan dan kelompok memberikan snack sebagai reward kepada para murid yang telah mengisi kuesioner. Akhir kata, kelompok mengucapkan terima kasih kepada mereka atas ketersediaan mereka untuk mengisi kuesioner.
Setelah selesai, kelompok pun keluar dari kelas dan bertemu dengan wali kelas mereka. Kelompok pun berjabat tangan dan mengucapkan terima kasih serta berfoto dengan beliau. Terakhir, kelompok pun mengabadikan beberapa foto didalam dan disekitar sekolah Sutomo 2.
PELAPORAN dan EVALUASI
Laporan
Dari data yang diperoleh dari 30 sampel, didapatkan:
Tidak ada satu orangpun yang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sampai pada tahap Emerging Approach.
27 orang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sudah sampai pada tahap Applying Approach.
3 orang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sudah berada pada tahap Integrating Approach.
Tidak ada satu orangpun yang menyatakan bahwa Pengembangan TIK di Sekolah SMA Sutomo 2 sudah sampai pada tahap Transforming Approach.
Dari data-data yang diperoleh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar sampel (30 murid SMA Sutomo 2) menyatakan bahwa pengembangan TIK di sekolahnya, yaitu SMA Sutomo 2, sudah sampai pada tahap Applying approach. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan modus yang didapatkan dari data-data tersebut.
Desain Poster
Bagian poster yang di-zoom:
Landasan Teori
Objek dan tujuan penelitian
Pelaksanaan
Laporan
Testimoni
Evaluasi
Tugas mini proyek ini seharusnya mulai dilakukan pada bulan Februari, namun karena adanya beberapa halangan sepertinya banyaknya tugas dari mata kuliah lain, adanya ujian tengah semester, hingga kurangnya waktu berkomnukasi antar anggota kelompok, maka tugas mini proyek ini pun sempat terbengkalai. Akhirnya setelah selesai UTS pada awal bulan April, kelompok baru memiliki waktu untuk memulai tugas proyek ini.
Perencanaan awal yang dilakukan sudah cukup matang dan terstruktur, tetapi dalam pelaksanaannya terjadi beberapa penyimpangan. Misalnya penelitian diharapkan dapat dilaksanakan pada tanggal 3 Mei, tetapi sekolah Sutomo 2 menetapkan tanggal 6 Mei. Pada hari H-nya, waktu yang diberikan oleh sekolah untuk memasuki kelas hanya 10 menit, padahal waktu yang diharapkan adalah 20 menit. Hal ini menyebabkan penjelasan yang disampaikan kepada sampel menjadi lebih sedikit dan tidak ada basa-basi lagi. Sample terlihat berantusias mengisi kuesioner yang diberikan, meskipun ada satu-dua sampel yang mengerjakannya dengan wajah merengut (mungkin karena tidak tahu harus memilih jawaban yang mana). Walaupun reward yang diberikan bukanlah seseuatu yang mahal, tetapi sampel cukup senang saat menerimanya.
Ada juga beberapa kendala dalam perhitungan data seperti item yang diharapkan terisi semua malah ada beberapa siswa yang mengosongkan beberapa item. Untunglah kelompok mengambil sampel sebanyak 32 orang, sehingga adanya beberapa item yang tidak terisi beberapa siswa tidak disertakan dalam penghitungan data.
Dari segi perkiraan biaya juga terjadi sedikit penyimpangan. Dalam kalkulasi biaya, kami hanya memprediksi akan mengeluarkan Rp. 55.000,- sedangkan setelah dilakukan pelaksaannya ternyata biayanya melebihi dari yang dikalkulasikan sebelumnya yaitu Rp. 63.000,-. Secara keseluruhan, penelitian ini telah berjalan dengan lancar meskipun terdapat beberapa kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya.
Testimoni
“Pengerjaan proyek ini benar-benar menguras tenaga dan waktu. Mungkin hal ini karena kami agak telat mengerjakannya. Bahkan, sempat terjadi konflik antara kami bertiga. Tapi hasilnya cukup memuaskan dan kami sangat menikmati proses pengerjaanya, baik suka maupun duka. Yang jelas, pengerjaan tugas mini proyek ini memberikan pengalaman pertama yang sangat bermanfaat yang akan sangat membantu kami ke depannya.”
Steven : Tugas mini proyek ini susah-susah gampang. Walaupun pengerjaannya cukup sulit, namun hasilnya cukup memuaskan dan ini menjadi pengalaman yang berharga.
Vera Gandhi : Walaupun output dari tugas penelitian ini hanya berupa selembar poster tetapi perencanaan dan prosesnya memakan waktu yang sanggggaaaatttt lama. Kekompakan antar anggota juga benar-benar diuji.
Vivian Felicia: Mini proyek ini merupakan tugas pertama yang melibatkan penelitian dan kuesioner. Benar-benar banyak pengalaman baru dan menyenangkan yang didapat dari penelitian ini.
Dokumentasi
Video yang diambil ketika pelaksanaan
Diskusi bagian perencanaan di kantin Psikologi
Diskusi bagian perencanaan di kantin Psikologi
Hasil kuesioner yang telah dicetak
Foto di sekolah sutomo 2 sesaat setelah pengambilan data
Foto murid-murid SMA yang sedang mengisi kuesioner
Pemberian reward kepada murid-murid SMA Sutomo 2 yang telah mengisi kuesioner
Mengamati murid-murid yang sedang mengisi kuesioner
Mengamati murid-murid yang sedang mengisi kuesioner
Murid mengembalikan kuesioner yang telah diisi
Foto bersama wali kelas
Foto bersama di luar sekolah
Foto bersama di luar sekolah
Kuesioner halaman pertama
Kuesioner halaman kedua
Daftar Pustaka:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
Munir., (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: Alfabeta
Salah satu teman saya pernah mengatakan kepada saya bahwa ia ingin menjadi seorang konsultan. Lalu aku menanyakan ia ingin menjadi konsultan apa, dan dengan nada bercanda ia mengatakan, “Kalau kamu bingung apa yang sebaiknya dilakukan pada waktu luangmu, konsultasi saja denganku dan aku akan memberimu solusinya.” Segera kujawab , “Pasti solusimu adalah menyuruhku untuk menemanimu pergi shopping!” dan kami berdua pun tertawa terbahak-bahak. Setelah aku masuk mata kuliah Psikologi Pendidikan, aku baru tahu ternyata konsultasi pengisian waktu luang itu benar-benar ada.
Apakah yang dimaksud dengan waktu luang? Waktu luang adalah waktu yang tidak dugnakan untuk “bekerja” (bekerja di sini maksudnya kegiatan mencari nafkah, sekolah, makan, tidur, dan sebagainya) dan waktu ini dapat diisi dengan kegiatan –kegiatan yang disukai maupun sebagai sarana mewujudkan potensi. Menurut buku Sukadji, pengisian waktu luang didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengna bebas tanpa bayaran, dan kegiatan ini memberikan kepuasan kepada pelakunya.
Salah satu manfaat yang akan diperoleh dengan mengisi waktu luang yaitu mendapatkan kesegaran dan kesehatan jasmani dengan melakukan olahraga yang disukai. Kegiatan di waktu luang juga berguna sebagai penyeimbang tekanan belajar atau bekerja dengan refreshing. Pengalaman dan wawasan pengetahuan juga dapat bertambah, misalnya dengan membaca. Selain itu, melalui kegiatan pengisi waktu luang, seseorang juga dapat menunjukkan “siapa dia” melalui hasil karyanya.
Beberapa pertimbangan untuk mengisi waktu luang yaitu waktu (seberapa lama waktu yang diluangkan), tuntutan sosial (misalnya dari lingkunya sekitar), dukungan dana (seberapa banyak dana yang harus dikeluarkan), kemampuan (baik secara fisik maupun mental), pengaruh budaya setempat, sikap masyarakat terhadap kegiatan tertentu, dan lain masih ada lagi pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Demikianlah pembahasan tentang bimbingan pengisian waktu luang.
Semoga bermanfaat. J
Sumber referensi:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Suatu malam, aku melihat tanteku (istri paman) memelototi sebuah buku bahasa Inggris. Semula kupikir tante sedang membaca buku bacaan biasa, tapi ternyata di dalamnya juga berisi soal-soal latihan, hampir mirip dengan buku teks yang aku gunakan saat SMA. Aku penasaran dan bertanya kepada beliau mengapa membaca buku tersebut. Ternyata tanteku telah mendaftar untuk mengikuti ujian Universitas Terbuka (Perguruan Tinggi Jarak Jauh) dengan jurusan Sastra Inggris.
Wah.. Pada usianya yang tiga puluhan, beliau masih mempunyai semangat belajar yang tinggi. Aku menjadi malu pada diriku sendiri yang tidak punya semangat tinggi seperti itu. Sebenarnya apa yang membuat beliau ingin meningkatkan pendidikannya? Mengapa beliau masih berusaha menyisihkan waktu di tengah kesibukannya untuk belajar? Jawaban singkatnya adalah: motivasi diri.
Motivasi dapat mendorong seseorang dalam proses belajarnya. Motivasi merupakan tenaga dorong untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengolahnya, mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil, dan menerapkan hasil ini dalam kehidupannya. Lembaga pendidikan seperti Universitas Terbuka juga mendorong orang dewasa untuk mandiri dalam membuat dan melaksanakan keputusan, menerapkan atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari, dan mengenali adanya perbedaan individual (misalnya tanggung jawab yang berbeda, latar belakang dan pengalaman yang berbeda, dan lain sebagainya).
Singkat kata, seseorang yang mempunyai tujuan yang pasti, disertai dengan motivasi diri yang baik, juga dilengkapi adanya lembaga yang dapat memfasilitasi, maka peningkatan pendidikan pun dapat tercapai.
Sumber referensi:
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia