Hari
ini mata kuliah Paedagogi yang ditemani Bu Dina tidak lebih dari 40 menit. Sebenarnya
hari ini Bu Dina akan menemani kami membahas beberapa hal dan menuntaskan
berbagai permasalahan yang muncul di UTS. Tapi sayangnya, terjadilah suatu
“insiden” yang kerap terjadi, yaitu mahasiswa tidak menjawab saat dosen
bertanya. Kemungkinan pertama yaitu mahasiswa takut salah menjawab, kedua
karena konformitas (sama-sama konform untuk tidak menjawab), ketiga karena
tidak mau tahu, ataupun yang keempat-sudah mati rasa. To be honest, aku sendiri adalah gabungan tipe pertama dan kedua.
Aku menjawab dalam hati, yang rasanya sulit sekali bila harus dilontarkan dari
mulut. Akhirnya Bu Dina mengeluarkan ultimatum, bila pertanyaan terakhirnya
tidak dijawab lagi, maka Beliau akan keluar dari ruangan kelas. Sebenarnya
pertanyaan terakhir ada dijawab oleh beberapa orang, tetapi dengan suara kecil.
Bu Dina bergerak mendekati meja, mengshut
down laptop, menggulung kabel charger,
memasukkan ke dalam tas, dan melangkah keluar dari kelas.
Aku
sendiri salut Bu Dina dapat benar-benar melakukannya. Karena aku memperhatikan bahwa tidak semua guru dapat dengan tegas menerapkan sanksi yang telah mereka katakan. Menurut pendekatan
behavioral, salah satu cara untuk meningkatkan prilaku yang diharapkan adalah
melalui perjanjian (contracting), yaitu ketika murid tidak bertindak sesuai
harapan, guru dapat merujuk pada
perjanjian yang telah dibuat dan melaksanakan sanksi yang telah disepakati. Aku
juga pernah membaca di salah satu buku psikologi pendidikan yang menulis bahwa,
bila seorang guru telah membuat suatu kesepakatan yang memberikan sanksi, ketika
kesepakatan itu dilanggar, maka sanksi harus benar-benar diberikan. Jika guru
sendiri tidak tega ataupun tidak benar-benar memberikan sanksinya (hanya
ngomong di mulut saja), maka di lain waktu ketika melakukan kesepakatan lagi,
murid akan menganggap remeh kesepakatan tersebut karena sanksi tidak akan
benar-benar diberikan. Aku sendiri pernah mengalaminya di kelas yang aku ajari.
Karena aku agak tidak tega memberi sanksi (ataupun sanksi kuringankan), maka
murid menganggap remeh hal yang aku katakan. Akhirnya aku tersadar saat membaca
teori tersebut, dan benar-benar memberikan sanksi yang telah kusebutkan. Ternyata
cukup efektif karena untuk selanjutnya, mereka tidak berani menganggap remeh
lagi. =D Hanya saja aku masih belum begitu tahu bagaimana cara menerapkan
dengan frekuensi yang benar, karena tidak mungkin juga begitu mereka ngobrol
sedikit, langsung diberikan sanksi. Kelas akan menjadi sangat kaku dan tidak
menyenangkan lagi bagi mereka.
Di
akhir testimoni ini, aku juga ingin meminta maaf kepada Bu Dina karena aku
adalah salah satu mahasiswa yang tidak menjawab dengan suara keras. Sepertinya tekanan
konformitas yang kurasakan begitu kuat hingga mengalahkan rasa ingin
menjawabku. Maaf ya, Bu.. >__<
No comments:
Post a Comment