Monday, April 23, 2012

Testimoni Perkuliahan 23 April 2012


Hari ini mata kuliah Paedagogi yang ditemani Bu Dina tidak lebih dari 40 menit. Sebenarnya hari ini Bu Dina akan menemani kami membahas beberapa hal dan menuntaskan berbagai permasalahan yang muncul di UTS. Tapi sayangnya, terjadilah suatu “insiden” yang kerap terjadi, yaitu mahasiswa tidak menjawab saat dosen bertanya. Kemungkinan pertama yaitu mahasiswa takut salah menjawab, kedua karena konformitas (sama-sama konform untuk tidak menjawab), ketiga karena tidak mau tahu, ataupun yang keempat-sudah mati rasa. To be honest, aku sendiri adalah gabungan tipe pertama dan kedua. Aku menjawab dalam hati, yang rasanya sulit sekali bila harus dilontarkan dari mulut. Akhirnya Bu Dina mengeluarkan ultimatum, bila pertanyaan terakhirnya tidak dijawab lagi, maka Beliau akan keluar dari ruangan kelas. Sebenarnya pertanyaan terakhir ada dijawab oleh beberapa orang, tetapi dengan suara kecil. Bu Dina bergerak mendekati meja, mengshut down laptop, menggulung kabel charger, memasukkan ke dalam tas, dan melangkah keluar dari kelas.

Aku sendiri salut Bu Dina dapat benar-benar melakukannya. Karena aku memperhatikan bahwa tidak semua guru dapat dengan tegas menerapkan sanksi yang telah mereka katakan. Menurut pendekatan behavioral, salah satu cara untuk meningkatkan prilaku yang diharapkan adalah melalui perjanjian (contracting), yaitu ketika murid tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat  merujuk pada perjanjian yang telah dibuat dan melaksanakan sanksi yang telah disepakati. Aku juga pernah membaca di salah satu buku psikologi pendidikan yang menulis bahwa, bila seorang guru telah membuat suatu kesepakatan yang memberikan sanksi, ketika kesepakatan itu dilanggar, maka sanksi harus benar-benar diberikan. Jika guru sendiri tidak tega ataupun tidak benar-benar memberikan sanksinya (hanya ngomong di mulut saja), maka di lain waktu ketika melakukan kesepakatan lagi, murid akan menganggap remeh kesepakatan tersebut karena sanksi tidak akan benar-benar diberikan. Aku sendiri pernah mengalaminya di kelas yang aku ajari. Karena aku agak tidak tega memberi sanksi (ataupun sanksi kuringankan), maka murid menganggap remeh hal yang aku katakan. Akhirnya aku tersadar saat membaca teori tersebut, dan benar-benar memberikan sanksi yang telah kusebutkan. Ternyata cukup efektif karena untuk selanjutnya, mereka tidak berani menganggap remeh lagi. =D Hanya saja aku masih belum begitu tahu bagaimana cara menerapkan dengan frekuensi yang benar, karena tidak mungkin juga begitu mereka ngobrol sedikit, langsung diberikan sanksi. Kelas akan menjadi sangat kaku dan tidak menyenangkan lagi bagi mereka.

Di akhir testimoni ini, aku juga ingin meminta maaf kepada Bu Dina karena aku adalah salah satu mahasiswa yang tidak menjawab dengan suara keras. Sepertinya tekanan konformitas yang kurasakan begitu kuat hingga mengalahkan rasa ingin menjawabku. Maaf  ya, Bu.. >__<

No comments:

Post a Comment