Rossa Mentari Putri (101301010)
Reza Indah Pribadi (101301014)
Yoseva Okta Naibaho (101301052)
Vera Gandhi (101301057)
Dede Suhendri (101301078)
Olga Septania (101301082)
Reza Indah Pribadi (101301014)
Yoseva Okta Naibaho (101301052)
Vera Gandhi (101301057)
Dede Suhendri (101301078)
Olga Septania (101301082)
Konsep : Belajar
sambil bermain
A. Pendahuluan
Guru ataupun
pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan
secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari
seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh
murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan
pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.
Ilmu Paedagogi
sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar
bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun
terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara
menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya,
kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.
Selain itu,
tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari
praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan
juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat
memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun
pengajar.
Hal ini
berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti kecil,
terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching
berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau
disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih
kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya.
Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan
mempraktikkan teori yang telah dipelajari.
Pelajaran yang
diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tidak
dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa Inggris
merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat elektronik
seperti komputer, ipad,
dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
perangkatnya. Bahasa Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di
seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat
menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk
ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel,
karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang
dapat menambah wawasan kita.
Anak-anak
diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak
dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat
berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan
dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang
diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah agar anak dapat
lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui
pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.
B. Landasan Teori
- Paedagogi praktis
Penting untuk
kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun
juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang
disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis
adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan,
membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini
melahirkan paedagogi praktis.
The
application on our micro teaching activity
Kita semua telah
mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita
mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis
dalam kegiatanmicroteaching yang kami lakukan. Sebagai contoh bagaimana
kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada anak-anak
agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami mengadakan beberapa
tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam bahasa Inggris. Kami
memulai dengan:
- Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
- Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
- Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara membacakan kata “PILOT”
- Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini kami
lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar
tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu
lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.
- Prinsip-prinsip Proses Paedagogis
Beberapa
prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1. Kesatuan
karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam
artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah
kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:
- Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini
kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami
meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga
menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris,
bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran
Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara
kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan
sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
- Memasuki materi ajar
Bagian yang
kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan
menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara pelafalan
kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik untuk mengeja,
selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan kata-kata yang
sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang mampu menjawab, mau
menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang sebagai penghargaan.
- Penutup
Pada bagian ini
kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta
didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka.
Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat
mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami
berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan para
peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan mereka
untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb hingga pada
bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta didik
pada hari itu.
2. Adanya
kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki
hak untuk dipertimbangkan dan dihormati
Dalam proses
micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan
bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan
taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak
menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun
pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak
lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan
untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka
untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu
usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti
membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau
sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu
seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3. Istilah
pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi
Prinsip ini
mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia
harus menjalani proses pembelajaran yang baik.
4. Proses
paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa
berada dalam suasana yang kering
Hal ini berarti
bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan
antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai
pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga
pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak
serta merasakan sesuatu.
5. Masing-masing
subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
C. Alat dan Bahan
Dalam melakukan
microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
- Gambar (alat peraga)
- White Board dan Spidol
- Kamera digital
- Sedotan
- Karet gelang
- Bintang dari kertas
- Beberapa hadiah (reward)
D. Peserta
Yang akan
menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini
adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl.
Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.
E. Jadwal Kegiatan
F. Biaya yang Dikeluarkan
Reward : Rp. 13.500,-
Bolu : Rp. 32.000,-
Laminating : Rp. 35.000,-
Tissue : Rp. 2.750,-
Total : Rp. 83.250,-
G. Laporan
Microteaching yang telah dilaksanakan oleh kelompok
kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil
yang dapat kami sampaikan selama microteaching adalah anak-anak merupakan
individu yang sangat pemalu ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal.
Namun setelah saling mengenal beberapa saat mereka akan sangat bersemangat dan
enerjik. Seperti yang kami alami ketika melaksanakan microteaching, pada
awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri di depan kelas saja sangat sulit.
Namun kami terus berusaha mendekatkan diri dengan mereka dengan melakukan
icebreaking di awal pertemuan agar suasana mencair seperti bernyanyi bersama,
menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah sampai mana mereka
mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar kami selama
microteaching.
Setelah melakukan icebreaking, kami mulai memasuki
sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan
mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian
kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap
jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di
depan kelas.
Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi akhir
yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang paling
ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang kondusif
pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini berjalan
mulus dan menyenangkan.
Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami
memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai rasa
terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk bersedia
menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan salam-salaman.
Dari praktiknya, kami telah mencoba melakukan
pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan
microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti
membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang
berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator
yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan
apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.
H. Evaluasi
Dari perencanaan hingga pelaksanaan microteaching
ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah
direncanakan dilakukan di minggu pertama april harus bergeser ke minggu ketiga
april tepatnya seusai ujian tengah semester. Ini terjadi karena anggota
kelompok sibuk dengan persiapan menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan
pelaksanaan seusai ujian. Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada
pengolahan hasil microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta
didik pada awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang
anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari
anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin
lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat
prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.
I.
Testimoni
Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang
lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif, sehingga proses
belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan
baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena
perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore
hari, pulang malam hari. Hehehe..
Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan microteaching ini sangat
menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi partisipannya adalah
anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang menjadi pembina mereka. Jadi
mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat belajar pun mereka tidak
terlalu kaku dan tegang. It’s Fun
Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching, sepertinya
aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya teori saja yang terisi
di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester berikutnya. Hehe..
Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang
telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca
saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada
awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada
beberapa bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya
diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya
kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D
Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika melakukan
microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat dengan
hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan kami
lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks
teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan
semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching,
apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua
dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang
paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang
pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat
mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal,
cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan
mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang
menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami
harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar
memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi
kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di
kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice
breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung.
Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak
membosankan dan menarik untuk diajari.
Olga Septania
Microteaching yang kita adakan kemarin merupakan
kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau kegiatan ini akan
sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada kenyataanya berjalan sedikit
kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang anak-anak dari kelas 1
SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang kami ajar, mulai dari
yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang sangat suka
untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin dijawabnya)
tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku dengan penjelasan
kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang sangat menantang, kami
ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan ajar dan bagaimana kami
mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami ditantang juga untuk dapat
berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya peserta didik ingin diberikan
stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan) sehingga kami perlu memikirkan
stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan kemarin sangat melatih kami
menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk tetap terstruktur juga
harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan kelas. Kegiatan yang sudah
kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan cukup lancar, tidak banyak
hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya sangat beruntung pernah
menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya belajar bahwa dalam
mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk menjalani suatu proses
yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan cara yang sederhana
namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik mengerti dengan bahan ajar
namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang sederhana.
Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan kegiatan micro
teaching yang telah dilakukan kemarin :
pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman
yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman
pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam suasana santai.
Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka
ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari
cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal
ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih baik,
dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya disukai
anak-anak. Hehehe.
test
ReplyDelete